Jumat, 26 Mei 2017

Sri Wahyuni soal Bonus, Olimpiade 2020, dan Rencana Pensiun

Sri Wahyuni soal Bonus, Olimpiade 2020, dan Rencana Pensiun






Jakarta – Lifter putri Sri Wahyuni menjadi salah satu yang dapat bonus dari PB PABBSI atas prestasinya di Islamic Solidarity Games (ISG) 2017. Sri menyebut bonusnya akan ditabung untuk membangun cafe.

Sri menjadi satu dari tujuh lifter yang berprestasi di ISG 2017 di Baku, Azerbaijan. Selain Sri, Eko Yuli Irawan dan Surahmat Wijoyo juga meraih medali emas.

Lewat ajang itu, ketiganya pun diberi penghargaan oleh PB masing-masing uang sebesar Rp 50 juta. Untuk peraih medali perak diganjar Rp 30 juta, berikut pelatih dan manajer masing-masing Rp 15 juta.

Sri mengucapkan terimakasih atas prestasi yang diberikan. Bonus menambah motivasinya untuk lebih berprestasi.

“Alhamdullilah perhatian yang diberikan lebih dari sebelumnya. Ini buat tambah motivasi lagi ke depannya,” kata Sri usai mendapat bonus di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (26/5/2017).

Dari uang itu, Sri berencana untuk membuat cafe sebagai investasi setelah dirinya pensiun dari dunia olahraga yang membesarkan namanya itu. Ya, peraih medali perak Olimpiade 2016 Rio itu sudah berancang-ancang untuk pensiun setelah Olimpiade 2020.

“Bonusnya ditabung saja. Rumah kan sudah ada, paling ditabung buat nanti saat kembali ke Bandung buat cafe atau apa. Kafe buat nongkrong anak-anak. Konsepnya seperti restoran dan lainnya. Kemungkinan dekat Ciwidey, dekat rumah,” kata gadis berusia 22 tahun ini.

Untuk perkara pensiun, Sri mengaku memang sudah banyak melakukan pertimbangan. Kendatipun usianya relatif masih muda, ia ingin memberi kesempatan kepada generasi baru untuk lebih berkembang di olahraga angkat besi.

“Sebenarnya olimpiade 2016 ingin selesai tapi karena masih sanggup jadi teruskan. Tapi nanti setelah Olimpiade 2020 saya ingin memberi yang lain napas dan regenerasi. Yang sekarang sudah ada tetapi belum ada yang menedekati angkatannya. Semoga cepat dapat penggantinya. Jadi apapun hasilnya ingin berhenti. Tapi di sana targetnya tetap medali emas,” imbuhnya.

Nama Sri mencuat setelah dia berhasil merebut emas di ISG III di Indonesia. Saat itu usianya baru menginjak 19 tahun. Prestasinya semakin menjanjikan setelah di SEA Games Myanmar dia kembali menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Gebrakan selanjutnya dibuat pada Kejuaraan Dunia Junior Angkat Besi di Rusia, Juni 2014 dengan menyabet dua emas dan satu perak. Beberapa bulan setelahnya, September 2014, giliran medali perak Asian Games yang ditambahkan Sri Wahyuni ke dalam koleksi.

Tak berhenti di sana, Sri yang masuk dalam kontingen Olimpiade juga tampil apik setelah mengantongi medali perak di Rio de Janeiro kelas 48 kg. Keberhasilannya pun diharapkan bisa sampai pada puncaknya emas Olimpiade 2020.

“Saya sih inginnya Sri selesai kuliah dan 2020 berkomitmen untuk menyelesaikan dulu. Saya diminta PB sampai 2020, Yuni juga, saya sih berharap klop lah,” kata pelatih Sri, Supeni, secara terpisah.

Soal pelapis, Supeni menyebut memang masih butuh waktu. Namun, dia meyakini dengan usaha PB dan pelatih akan bisa tercipta.

“Lisa Indri ada, tapi memang butuh waktu. Sri Wahyuni saja butuh waktu 13 tahun. Tapi kami tetap berusaha untuk menciptakan Yuni lainnya,” ujarnya.



(mcy/krs)



Source by [author_name]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar