Jakarta – Lea Elvensia dinobatkan sebagai pemain terbaik (MVP) Kejuaraan Asia 3X3. Remaja Papua itu sempat tak tahu basket itu olahraga macam apa.
Tim nasional basket 3×3 putri menjadi juara FIBA 3×3 U18 Asia Cup 2017, di Malaysia, pertengahan Mei. Timnas basket yang diperkuat Lea, Michelle Kurniawan, Nathania Claresta Orville, dan Valencia Pramono itu mematsikan gelar usai mengalahkan tuan rumah Malaysia 13-6, Minggu (28/5) petang.
Sebelumnya, di semifinal Lea Kahol dkk. menang atas tim kuat China dengan skor 19-16. Malaysia ke final usai menang atas Singapura 12-10.
Tak hanya menjadi juara, Indonesia menyabet gelar sebagai pemain terbaik. Adalah Lea Elvensia Kahol, pemain kelahiran Marauke, Papua yang meraih gelar tersebut. Lea tak menyangka bisa meraihnya. Dia hanya berfokus bawa tim juara.
“Enggak menyangka. Saya tahunya basket 3×3 tidak ada MVP. Makanya main saja kemudian tim kami juara. Setelah itu rupanya nama saya juga dipanggil untuk diberikan medali dan piala pemain terbaik. Wuih senang banget,” cerita Lea saat berbincang dengan detikSport di Hotel Mulia, Senayan, Selasa (30/5/2017).
Lebih tak disangka-sangka lagi, Lea sama sekali tak tahu basket saat mendapatkan tawaran untuk berlatih pertama kali. Lea hanya paham dengan olahraga yang populer di Merauke, yakni atletik dan sepakbola.
Untuk atletik, bahkan Lea sudah mengenalnya sejak dalam kandungan. Ibundanya, Sopia, atlet lempar lebing sednagkan sang ayah Petrus, seorang atlet lari.
Basket baru dikenalnya saat berusia 10 tahun. Di usia itu, Lea sudah menekuni lari jarak pendek. Hanya saja karena kegemukan dia lebih difokuskan ke nomor lempar lembing, lompat jauh, dan tolak peluru.
Soal perkenalan Lea dengan basket adalah ‘salah’ teman barunya yang bernama Tasya. Tujuh tahun lalu, pada 2010, Lea yang masih SMP diajak Tasya untuk berlatih basket. Kala itu, basket masih menjadi kata yang begitu asing di telinga Lea.
“Dia bilang ke saya, mau tidak main basket. Saya bertanya, basket itu apa?. Karena di Papua, kami tahunya bola kaki dan atletik. Lalu, Tasya bilang, “Basket itu olahraga yang suka drible-drible.” Tapi saya masih bingung sampai akhirnya sorenya saya diminta datang ke tempat latihan dia,” kisah Lea.
Merasa asing dan tak memiliki gambaran apapun tentang basket, Lea menolaknya, Namun, Tasya ngotot untuk mengajak Lea berlatih bersama. Sampai-sampai Tasya mengancam untuk tak akan menegur Lea.
“Jadi karena (ancaman) pertemanan itu yang akhirnya saya terjun di basket. Itu sudah tujuh tahun berlalu,” katanya.
Rupanya setelah mengenalnya, Lea mulai keasyikan. Meski begitu, dia tak meninggalkan atletik. Apalagi, kedua orang tuanya tak memberi restu Lea untuk berlatih basket.
Mengambil jalan tengah, Lea menjalankan dua cabang olahraga itu beriringan. Senin latihan atletik, Selasa basket, Rabu kembali ke atletik, dan seterusnya secara bergantian. Di sisi lain, Lea juga memberikan pemahaman kepada kedua orang tuanya secara pelan-pelan.
“Orang tua sebenarnya tidak setuju karena mereka tidak suka basket. Mama tidak masalah, tapi papah yang suka mengatur,” tutur dia.
Menjalani dua cabang olahraga itu justru memberi keuntungan ganda bagi Lea. Fisiknya tertempa dengan sangat baik.
Dalam prosesnya Lea berhasil membuktikan kalau dia mempunyai kualitas di 3×3. Namanya masuk daftar tim nasional menuju Kejuaraan Asia di Malaysia itu. Selian trofi, dia juga membawa predikat pemain terbaik. Kini, dia malah sudah menerima tawaran dari beberapa klub di Jakarta.
“Untuk level junior 2017 adalah tahun terakhir saya, makanya ke depan target terdekat masuk timnas senior. Saat ini sih sudah ada beberapa klub yang menawari tapi nanti saja karena belum deal,”
“Selain itu, saya juga berencana melanjutkan kuliah di Universitas Surabaya. Saya kan sudah lulus Sekolah Ragunan per Mei kemarin, jadi mau lanjut sekolah lagi,” ungkap anak pertama dari empat bersaudara ini.
Setelah menyelesaikan masa pendidikannya di sekolah lebih tinggi, Lea juga sudah berencana untuk meraih mimpinya sebagai Polisi Wanita (Polwan) di Papua. “Tahun ini tidak jadi karena perdaftaran di Papua sudah tutup. Rencananya lima tahun ditunda karena sekolah dulu, baru mau daftar lagi. Usia 22 tahun masih cukup masuk Polwan,” katanya.
“Menjadi Polwan adalah mimpi saya sejak kecil. Saya melihat tante saya (adik ibu). Dia menjadi Polwan dan saya senang melihat dia memegang pistol sepertinya keren saja. Tembak-tembakan begitu makanya ingin menjadi Polwan,” ungkapnya.
Biodata Lea Elvensia
Nama : Lea Elvensia W. Kahol
Tempat tanggal lahir : Wanam, 17 Juli 1999
Nama Ayah : Petrus
Nama Ibu: Sopia
Anak ke : Pertama dari 4 Bersaudara
Tinggi Badan : 175 cm
Berat Badan : 71 kg
Ukuran Sepatu : 44
Makanan Favorit : sagu
Warna Favorit : hitam
Pendidikan : Sekolah Olahraga di Ragunan
Prestasi :
Juara 1 lompat jauh antar pelajar mewakili daerah
Juara 1 tolak peluru antar pelajar mewakili daerah
Juara 1 lempar lembing antar pelajar mewakili daerah
Peserta Islamic Solidarity Games 2017, olahraga basket 5×5
Pemain basket terbaik FIBA 3×3 U18 Asia Cup 2017
Juara FIBA 3×3 U18 Asia Cup 2017
(mcy/fem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar