Jakarta – Pertemuan antara Menpora dan PBSI untuk mengevaluasi hasil Piala Sudirman 2017 diundur. Agenda itu ditunda dalam batas waktu yang tak tentu.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) mengajak duduk satu meja pengurus teras PP PBSI setelah kegagalan tim bulutangkis Indonesia di Gold Coast, Australia, pertengahan Mei 2017. Dari target finalis, Skuat Indonesia terhenti di fase grup.
Hasil itu sekaligus menjadi teguran keras bagi pengurus PBSI yang dipimpin Wiranto, sebab baru kali ini Indonesia gagal ke babak knock out. Di Gold Coast, Indonesia dikalahkan India 1-4 dan menang tipis atas Denmark 3-2. Namun, secara perhitungan poin Indonesia kalah dan gagal lolos fase grup.
Menurut Sekretaris Jenderal PBSI, Achmad Budiharto, pertemuan seharusnya dilakukan pada pukul 13.30 WIB di Kantor Kemenpora. Acara itu batal dilakukan.
“Awalnya pertemuan 13.30 WIB, kemudian maju menjadi 13.00 WIB, tapi setelah itu pukul 11.00 WIB kami dapat kabar lagi jika pertemuan batal karena pamannya Menpora Imam Nahrawi meninggal dunia,” kata Budiharto dalam sambungan telepon pada Selasa (30/5/2017).
Pembatalan pun dibenarkan Sekretaris Menpora Gatot S. Dewa Broto. Gatot mengatakan Kemenpora juga menunggu Kabidbinpres PBSI yang juga menjabat sebagai manajer tim Sudirman, Susy Susanti, juga belum pulang ke Tanah Air setelah dari Australia kemarin.
“Jadi ditunda sampai mbak Susy (Susanti) pulang ke Indonesia. Waktunya belum tahu kapan,” ungkap Gatot di Kantor Kemenpora, Senayan.
Gatot tak bisa menutupi kekecewaan dengan hasil buruk Indonesia. Dia berharap PBSI dan Menpora bisa segera mendapatkan hasil evaluasi yang lebih detail.
“Terkait dengan Piala Sudirman, kami, Bapak Menteri sebagai penanggung jawab bidang olahraga ingin memastikan tiga hal, pertama, kenapa kok kalah kemarin. Kami memang terimakasih, media juga sudah memberitakan kenapa kalah. Tapi, kami ingin mendengar langsung dari pihak terkait khususnya pengurus PBSI. Kita memang tidak selamanya jadi juara tapi tidak sampai tersungkur di babak penyisihan itu,” jelas Gatot.
“Yang kedua, kami juga harus secara objektif menilai apa yang perlu dibenahi oleh PBSI karena di depan mata kita ada Indonesia Open, SEA Games 2017, Asian Games 2018, dan puncaknya ada Olimpiade Tokyo 2020. Sementara yang terakhir, kami juga ingin lebih bersinergis. Jangan-jangan Kemenpora juga punya andil kontribusi sehingga prestasi itu juga terhambat, mungkin ada sesuatu yang kurang optimal dan perlu dibantu oleh Kemenpora, pemerintah pada umumnya.
“Jangan juga ini dianggap sebagai suatu forum. Kami hanya ingin klarifikasi apa sebabnya, dan paling tidak kami juga bisa bantu cari jalan keluar agar ke depan bisa lebih baik lagi,” ujar dia.
(mcy/fem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar