Senin, 29 Mei 2017

Setelah Gagal Total di Piala Sudirman, Apa Rencana PBSI Kepengurusan Wiranto?

Setelah Gagal Total di Piala Sudirman, Apa Rencana PBSI Kepengurusan Wiranto?






Jakarta – PP PBSI segera berbenah usai mencatatkan hasil buruk di Piala Sudirman 2017. Tiga ajang sudah menunggu: Indonesia Terbuka, SEA Games, dan Kejuaraan Dunia.

Menargetkan menjadi finalis, Indonesia tersingkir di fase grup Piala Sudirman di Gold Coast pekan lalu. Indonesia dikalahkan India 1-4 dan cuma menang 3-2 atas Denmark.

Hasil itu menjadi catatan terburuk Indonesia sepanjang sejarah Piala Sudirman. PBSI yang kini dipimpin oleh Wiranto pun dihujani kritik. Ada yang menilai mereka tak mengenal potensi para pemain dan peta kekuatan lawan sampai pengurus gagal menciptakan soliditas tim sejak dari simulasi. Bahkan tak sedikit yang meminta Wiranto mundur dari jabatannya.

Sekretaris Jenderal PP PBSI, Achmad Budiharto, meminta agar pubik tak berlarut-larut mencela hasil buruk timnas. Sebab, mereka pun tak memprediksi Indonesia tersingkir dini.

“Enggak (menyangka). Kami perkirakan lawan India kami menang 3-2 dan dengan Denmark yang fifty-fifty, bisa menang bisa kalah. Kami tidak terpikirkan bahwa melawan India akan kalah telak 1-4 karena waktu tim memilih line-up sangat hati-hati sekali,” kata Budiharto ketika ditemui di pelatnas Cipayung, Jakarta Timur, Senin (29/5/2017).

“Tapi yang jelas kegagalan kemarin di Sudirman akan menjadi pembelajaran yang penting buat PBSI. Artinya apapun turnamennya, sisi persiapan itu harus betul-betul baik. Ada proses yang dilalui dan mutlak. Terutama dari segi fisik, teknik, dan mental. Catatannya adalah itu.

“Perkara kalah menang itu hal yang wajar. Salah jika orang-orang menilai susunan pemain kami saat menghadapi India sebagai bentuk overconfidence, merendahkan India, itu keliru banget, justru karena kami sangat hati-hati. Kami sadar ketika melihat India lawan Denmark walau skor 4-1 tapi di sisi pertandingan ada beberapa catatan penting yang harus diantisipasi dengan baik,” ujar dia.

PBSI bertekad untuk membayar kegagalan itu pada tiga turnamen terdekat. Pertama dan tinggal menyisakan dua pekan lagi adalah Indonesia Terbuka. Dua agenda lain yang menjadi pertaruhan Indonesia adalah SEA Games dan Kejuaraan Dunia.

“Saya kira masing-masing pelatih sudah memahami kekurangan dan kelemahannya dan itu menjadi pembelajaran pertandingan berikutnya. Dan perlu diingat Sudirman hanya salah satu event dari sekian banyak event lainnya,” ungkap Budi.

“Wajar saja bagi fans bulutangkis dan beberapa media yang pertanyaannya lucu. Wajar saja memang kalau kalah hasilnya jadi serba salah, kalau menang semua senang. Ini juga risiko sebagai cabang olahraga yang jadi tumpuan masyarakat Indonesia.

“Tapi apapun itu harus disikapi secara positif, kita tidak boleh terpuruk, harus bangkit. Apalagi, ke depan ada tiga event besar, Indonesia Open, SEA Games, dan Kejuaraan Dunia. Kita lihat saja. Kami akan buktikan kalau kita masih eksis. Kalau kita tidak eksis kita tidak mungkin mengalahkan Denmark,” katanya.



(mcy/fem)



Source by [author_name]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar