Jumat, 21 Juli 2017

Nasib Timnas Karate: Gaji Telat, Tanpa Peralatan Tanding, Hotel Numpang

Nasib Timnas Karate: Gaji Telat, Tanpa Peralatan Tanding, Hotel Numpang






Jakarta – Pengurus Besar FORKI optimistis target dua emas yang ditetapkan Satlak Prima bisa tercapai di SEA Games 2017. Mereka berupaya meraihnya meski dalam kondisi serba sulit.

Karate menjadi salah satu cabang yang diandalkan bisa menyumbang medali emas di SEA Games 2017 Malaysia. Mereka membidik dua medali emas dari nomor kata dan kumite di multievent tersebut.

Berkaca dari hasil ujicoba terakhir di Kejuaraan Asia Karate 15-16 Juli lalu, skuat asuhan Philip King berhasil memboyong tiga medali perak dan lima medali perunggu. Dari hasil itu pula, karate Indonesia sukses menduduki posisi lima, di atas negara-negara Asia Tenggara. Posisi pertama ditempati Iran, kemudian Jepang, Arab Saudi, dan Taipei.

Dengan gambaran itu, sebenarnya target dua emas bisa saja tercapai, asal dengan dukungan yang penuh juga. Namun, sebulan jelang keberangkatan tim ke SEA Games di Malaysia, masih ada saja kendala yang mereka hadapi. Dimulai dari peralatan tanding yang belum tiba, bahkan sampai urusan akomodasi.

“Begini, hasil Kejuaraan Asia memang bagus. Tapi itu belum menjadi gambaran kita bakal sukses di SEA Games karena dukungan kepada atlet saja tersendat,” kata Pelatih Kepala Timnas karate Philip King kepada detikSport, Jumat (21/7/2017).

“Kami ditargetkan dua medali emas tapi kalau mau persiapan baik maka semua yang kami butuhkan siapkan dong,” katanya.

“Ini peralatan tanding sampai sekarang belum ada. Bulan lalu kami baru terima peralatan latihan seperti baju dan perlengkapan lainnya tapi itu dengan pengajuan yang sudah dari tahun lalu. Jadi (sebenarnya) dari tahun ke tahun sama saja, sebenarnya ini ada apa? Belum lagi akomodasi yang belum dibayar-bayarkan.”

Karate cukup beruntung karena hotel tempat mereka menginap, The Bellezza Suites, masih mau menoleransi dengan menampung skuat karate yang berjumlah 27 orang, terdiri dari 20 atlet, lima pelatih lokal, satu pelatih asing, dan satu manajer.

“Kebijakan pihak hotel yang masih mau menampung kami (karenanya kami masih bisa di sana). Biayanya? satu orang Rp 500 ribu dikali 27 orang dikali 6 bulan. Bisa diperkirakan itu berapa,” ungkap dia.

Philip menambahkan, dirinya juga tidak ingin mengambil risiko dengan sisa waktu sebulan in, persiapan yang dibangun sejak lama jadi sia-sia hanya karena persoalan yang sama. Dan,ujung-ujungnya berimbas kepada atlet.

“Setelah traning camp dan try out sekarang kami fokus me-maintenance agar jangan sampai ada masalah. Tapi kalau gaji saja telat, peralatan tanding tidak ada, hotel belum dibayarkan, bagaimana mau tenang.”

“Kami usahakan atlet supaya tidak ikut terbeban, tetapi mereka pasti tahu, dan membaca berita. Jadi diharapkan beres semua lah karena karena secara psikologi itu mempengaruhi kami,” katanya.

Kondisi tak mengenakkan yang pada atlet-atlet karate ini terjadi meski pada awal Juni lalu Menpora Imam Nahrawi sudah melakukan tinjauan langsung. Saat itu Imam juga meminta maaf karena honor telat diterima.



(mcy/din)



Source by [author_name]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar