Jumat, 04 Agustus 2017

Venue Tak Ramah Difabel, Bagaimana Kepastian Gelaran Asian Para Games 2018?

Venue Tak Ramah Difabel, Bagaimana Kepastian Gelaran Asian Para Games 2018?






Jakarta – Panitia penyelenggara belum dapat memastikan venue Asian Para Games 2018. Venue dan wisma atlet di Jakarta tak ramah bagi penyandang difabel.

Hitung mundur Asian Para Games 2018 dilaksanakan 6 Oktober nanti. Artinya, Indonesia hanya memiliki waktu kurang lebih 14 bulan untuk menyiapkan diri sebagai tuan rumah Asian Para Games.

Tapi seiring makin dekatnya dua multievent olahraga itu, venue belum sepenuhnya beres. Apalagi untuk Asian Para Games. Sebagai gambaran, ukuran lift di wisma atlet kurang lebar untuk kursi roda, begitu pula akses ke toilet atau keluar masuk kamar.

Sampai saat ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) belum memberi kepastian venue ramah penyandang disabilitas. Ketua INAPGOC Raja Sapta Oktohari meminta solusinya.

“Sampai hari ini kami belum dapat kepastian secara tertulis dari instansi-instansi terkait. Tapi itu pula yang nantinya akan menjadi pertanyaan utama kami saat rapat koordinasi dengan semua stake holder yang digelar di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada 9 Agustus mendatang,” kata Oktohari kepada pewarta di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

“Kami juga harapkan ada keterangan tertulis, sehingga itu jadi dasar kami untuk jawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ditanyakan dari Asian Paralympic Committee (APC) ke kami, termasuk penyediaan hotel untuk disabilitas,” tambahnya.

Rapat Koordinasi Komite Asian Para Games 2018 digelar 3-5 Oktober 2017 atau sebelum hitung mundur APG di Jakarta pada 6 Oktober.

Selain kepastian venue, Oktohari juga menyebut akan meminta kepastian soal anggaran dan akses penyandang disabilitas serta wisma atlet.

“Kepastian ini bukan hanya ucapan tapi harus ada hitam di atas putih. Saya sudah tanya ke mereka (Kemen PUPR), baik langsung maupun tidak langsung, baik itu tertulis, maupun tidak tertulis, tapi jawaban masih belum pasti,” katanya.

“Skenario terburuk adalah hotel tapi dampaknya tentu biaya dan tidak ada peninggalan kegiatan Asian Para Games. Kami masih minta agar penyelenggaraan APG ada peninggalannya (legacy-nya) untuk kaum-kaum difabel,” ucap bos Mahkota Promotion itu.



(mcy/fem)



Source by [author_name]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar